Rabu, 14 Mei 2014

Berbuat Baik Dengan Jualan Bebek



Tabik! Salam sejahtera untuk kita semua. Dalam kesempatan kali ini saya akan bercerita tentang bisnis bebek yang saya alami beberapa waktu terakhir.
Kemarin, Rabu (14/05/2014) adalah kali kedua saya antar bebek peking frozen ke retoran Bakoel Sunda di daerah pertokoan Metropolis Modernland Cikokol Tangerang. Semoga saja ini berlanjut pada hari-hari berikut pemesanan.
Sebelumnya banyak orang menanyakan bebek pada saya. Mereka menanyakan harga dan jenis bebek yg dijual. Tp rata-rata mereka untuk dijual lagi. Bukan sebagai pemakai (end user). Setelah diberikan info maka mereka bilang: Ah, Mahal ya!
Saya pernah bertanya kepada supplier bebek yang memasok ke saya. Kenapa ada orang bilang harga yang saya berikan kepada pembeli itu mahal? Padahal saya hanya ambil keuntungan dua ribu rupiah. Supplier saya hanya bilang, mungkin itu hanya gertak dari pembeli.
Misalkan ada sms dari Bogor yang minta harga bebek lokal. Saya katakan harganya tiga puluh delapan ribu. Dia bilang kemahalan. Saya tanya balik. Berapa harga di Bogor? Dia bilang, tiga puluh lima ribu rupiah. Lah, bagaimana bisa segitu? Saya saja dapat harga di atas itu. Kalau memang ada harga segitu, boleh kirim ke saya saja. Nanti biar saya yang jual.
Saya jadi sempat berpikir. Apa memang ada harga bebek segitu? Kalau memang ada berarti selama ini saya ketergantungan dengan beberapa supplier bebek saja. Belum mencari lebih luas lagi para supplier atau peternak bebek lain yang harganya bisa lebih murah.
Ada lagi kabar dari Cibubur yang order bebek lokal berat 1kg sebanyak 100 ekor. Tapi saya kesulitan untuk mendapatkan bebek lokal dengan berat 1kg. Apalagi  posisi di Cibubur. Jauh dari tempat saya di tangerang. Dengan orang Cibubur saya belum bicarakan harga.
Ada lagi orang dari Tangerang. Mereka minta info harga. Kemudian tertarik dan ingin contoh dulu. Jumlahnya  5 ekor saja. Saya bilang, saya tidak stok bebek di rumah. Saya jualan berdasarkan pesanan. Minimal 50 ekor (1 box streofoam). Dia keberatan. Ternyata dia juga untuk dijual lagi ke hotel. Saya bilang supaya tunggu ada pesanan dulu. Nanti saya lebihkan untuk contoh. Pas hari Rabu kemarin ada pesanan ke restoran Bakoel Sunda Metropolis Tangerang. Saya kabari lagi orang tersebut. Ternyata hotel yang ingin ditawarkan sudah dapat supplier. Akhirnya hilang satu calon pembeli.
Namun, masih ada satu calon pemebeli lagi. Dia memesan contoh 10 ekor bebek lokal. Saya tidak ingin kehilangan calon pembeli lagi. Saya sanggupi saja. Meskipun saya harus menanggung ongkos kirim yang mahal. Rencana hari Selasa depan (17/05/2014) bebek contoh itu akan diambil. Saya berharap bebeknya cocok. Yang saya suka di sini adalah ketika saya bisa membantu orang untuk mendapatkan apa yang dicari. Ada orang mencari bebek potong ke saya. Dan, saya bisa membantu untuk memenuhi kebutuhannya. Wah, itu kesenangan yang luar biasa bagi saya. Meskipun terkadang saya juga harus lebih hati-hati kepada orang yang suka tipu menipu.
Saya tidak suka tipu menipu. Kalau saya tidak bisa membantu untuk mendatangkan bebek potong maka saya akan bilang tidak sanggup. Kalau ada teman saya sesame supplier yang sanggup untuk memenuhi kebutuhan bebek orang yang bertanya kepada saya maka akan saya arahkan orang tersebut kepada teman saya sesama supplier bebek. Apakah saya tidak takut kalau nanti pembeli saya akan diambil oleh supplier bebek lain? Bagi saya, rejeki itu sudah diatur. Tidak perlu khawatir.
Ada yang bertanya kepada saya. Apakah saya menerima bebek hidup? Kalau terima, dia mau menawarkan bebek hidup. Saya bilang saya tidak terima bebek hidup. Lalu, saya carikan orang yang mau terima bebek hidup. Dan ketemu orangnya. Akhirnya saya berikan datanya. Biarlah orang yang punya bebek hidup itu kontak langsung orang yang mau terima bebek hidup. Tidak perlu lewat saya. Apakah saya dapat fee dari hal ini? Tentu saja tidak. Rejeki sudah diatur. Tidak perlu khawatir.
Bagi siapa saja yang ingin membeli bebek potong lokal atau peking bisa hubungi saya di nomor telpon 081802288178. Atau anda sedang mencari kebutuhan lain seperti ayam, lele, dll. Dengan senang hati saya akan membantu mencarikannya. Semoga bermanfaat.

Kamis, 06 Maret 2014

BEBEK STANDAR & BEBEK PREMIUM

Tabik! Seorang kawan lama menelpon saya. Tanpa ragu saya terima telponnya. Dia menanyakan apakah saya masih menjual bebek karkas? Saya bilang masih. Selanjutnya dia minta informasi lebih detil. Oleh karena dia ingin ada pertemuan dengan calon pembeli bebek.
Kawan saya ini mengetahui kalau saya menjual bebek potong untuk restoran. Sebelumnya saya pernah minta dia untuk mencarikan pembeli. Tapi itu sudah lama sekali. Waktu awal-awal saya menjual bebek. Ternyata sampai sekarang dia masih ingat hal itu.
Saya katakan kepada kawan saya. Harga bebek yang saya jual mengalami kenaikan di awal tahun 2014. Jadi begini ceritanya. Suplier saya kirim daftar harga terbaru via email. Setelah saya cek ternyata ada kenaikan harga. Dia pun menelpon saya. Memberikan penjelasan. Harga dinaikan karena butuh modal awal cukup besar. Modal itu digunakan untuk menanam modal di peternak binaannya. Supaya peternak tersebut tidak menjual bebeknya ke suplier lain. Ini dilakukan untuk mendapat kepastian stok bebek. Saya mendengar sambil manggut-manggut.
Terus terang. Dengan harga yang belum naik saja rasanya susah menawarkan ke pembeli. Suplier saya pun berbagi cerita tentang hal ini. Begini ceritanya. Beberapa waktu yang lalu dia baru saja ketemu dengan pemilik restoran bebek yang memiliki cabang di berbagai kota dengan sistem franchise. Tapi uniknya, dia tidak bernegosiasi dengan pemilik restoran, melainkan dengan bagian penerima barang, purchasing. Dan dia mendapatkan harga di atas yang pernah saya jual. Saya bertanya, kok bisa?
Dia bercerita lagi. Selama ini saya tidak bisa dapat harga tinggi karena bernegosiasi langsung dengan pemilik restoran. Jelas saja yang namanya pemilik pasti ingin untung besar. Ini bisa dilakukan dengan – salah satunya – menekan harga suplai bebek ke restoran semurah-murahnya. Dia menyarankan untuk mencoba negosiasi ke bagian purchasing. Harga yang dimasukkan ke restoran dinaikan lagi. Nah, harga yang dinaikkan itu untuk orang purchasing. Dengan begitu, kemungkinan besar kita bisa suplai bebek ke restoran tersebut.
Misalkan begini. Harga jual bebek Rp. 38.000. Lalu, kita negosiasi ke bagian purchasing. Kita tawarkan harga bebek ke restoran Rp. 40.000,- Untuk orang purchasing kebagian fee Rp. 2.000,- per ekor.
Oo, mulut saya membulat. Mendengar penjelasan itu. Rasanya membingungkan. Kok bisa? Apakah pemilik restoran tidak mengetahui? Beberapa suplier yang saya temui menyarankan saya supaya menjual ke pemilik restoran langsung, end user. Jangan menjual ke suplier lagi. Nanti harga jualnya rendah. Terlalu banyak orang di jalur distribusi. Kalau ke pemilik restoran langsung bisa dapat harga tinggi. Hal ini saya lakukan. Saya mencari pemilik restoran langsung. Tapi pemilik restoran menawar harga bebek dengan murah. Bagaimana ini?
Membingungkan bukan? Suplier saya bercerita kalau harga yang dia tawarkan ke restoran lebih tinggi dari harga pasar biasanya. Dan itu bisa sukses melalui negosiasi dengan bagian purchasing. Sedangkan saya menawarkan harga sesuai harga pasar, bahkah lebih rendah lagi, langsung ke pemilik restoran. Hasilnya belum sukses.
Ya sudahlah. Itu sudah jadi cerita. Meski harga bebek dinaikkan, saya tetap menawarkan ke calon pembeli. Saya bagi kriteria bebek yang saya jual. Ada yang standar dan premium.
Begini, masih ingat tulisan saya yang lalu tentang Pak Herman yang menawarkan bebeknya untuk dijual? Ya, itu saya kategorikan bebek standar karena dia tidak bisa menjamin ketersediaan bebek. Untuk bebek premium bisa dikategorikan yang selalu ada stok bila ingin order. Dan, hanya untuk pembeli langganan saja dengan jumlah order minimal 500 ekor sekali order. Tentu saja harga berbeda. Bebek standar ya harganya standar. Untuk bebek premium juga harga premium, bukan pertamax. Hehehe.
Sekian dulu tulisan saya. Bagi pebisnis bebek silakan order bebek.  

Rabu, 26 Februari 2014

HERMAN, PETERNAK BEBEK DARI BOGOR



Salam. Kembali lagi ke aktivitas bisnis bebek. Ada saja kejadian baru. Seperti pada Minggu ini. HP saya berbunyi. Di layarnya muncul sederet nomor. Saya tak kenal nomor telepon siapa itu. Saya jawab telepon itu. Terdengar suara. Seseorang yang mengaku bernama Herman. Asal dari Bogor. Pak Herman melihat blog saya. Dari sana Pak Herman berniat menawarkan bebek ternaknya yang sudah mencapai berat hidup 1.3 kg. Itu bebek perdananya. Dia mengaku pemain baru dalam bisnis bebek. Saya bilang, hanya menjual bebek yang sudah dipotong, bersih bulu & jeroan. Pak Herman mau memotong bebek ternaknya bila ada yang minat.
Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah. Saya tak langsung setuju untuk menjualkan bebek dari orang yang baru dikenal. Sebelumnya, ada orang yang minta untuk dijualkan bebeknya. Namanya Habibi. Asal Bogor. Saya langsung mengiyakan saja. Ketika pembeli sudah setuju. Tinggal dikirim saja bebeknya. Tepat pada hari yang dijanjikan bebek tidak dikirim. Katanya ada kecelakaan saat pengiriman. Minta diundur hari pengiriman. Saya tawarkan lagi ke pembeli dan setuju. Tinggal dikirim bebeknya. Sampai hari yang dijanjikan. Tidak pernah ada pengiriman bebek. Nama saya di black list oleh Pembeli. Semua gara-gara Habibi. Hal ini juga sudah pernah saya tulis di blog ini sebelumnya.
Pak Herman coba meyakinkan saya. Dia juga sudah baca tulisan saya tentang Habibi di blog saya. Dan tidak ingin seperti Habibi. Saya pun kuat hati membantunya.
Sehari berselang. Pak Herman beberapa kali menelpon saya. Menanyakan kepastian kapan bisa kirim. Gigih sekali Pak Herman. Bahkan sempat mengancam kalau memang saya tidak bisa menjualkan bebek ternaknya maka dia akan menjual ke orang lain. Saya cuma bilang, belum ada kabar pasti dari Pembeli. Silakan saja bila Pak Herman mau menjual ke orang lain. Pak Herman akhirnya tetap menunggu kabar dari saya.
Saya senang bila ada yang semangat dalam bisnis. Dan saya lebih senang jika Anda – pelaku bisnis bebek – mau membantu membeli bebek dari kami. Supaya api semangat peternak bebek seperti Pak Herman ini tidak pernah padam.
Silakan pesan bebek potong di 0818-022-88-178.

Minggu, 16 Februari 2014

DARI BEBEK, AYAM SAMPAI GULA MERAH



Salam. Ayo kita mulai lagi untuk berbagi cerita dalam blog ini. Dalam selang waktu yang lalu ada beberapa kabar tentang bisnis yang saya jalankan, yaitu bebek potong dan frozen food.
Kabar pertama datang dari frozen food. Tiba-tiba ada yang invite pin bb saya. Ternyata seorang ibu dari kota Cilacap. Beliau ingin menjual frozen food yang saya pasarkan. Nampaknya beliau sudah paham tentang produk yang dijual sehingga saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Beliau hanya ingin mengetahui apakah produk tersebut dapat dikirim ke Cilacap? Kalau bisa, berapa harganya?
Saya hanya bisa mengirimkan daftar harga yang pernah saya terima dari produsen frozen food tersebut. Saya kirimkan daftar harga tersebut melalui email. Tapi, untuk kepastian apakah produk tersebut bisa dikirim ke Cilacap atau tidak, itu yang belum saya dapat pastikan. Saya telah konfirmasi kepada produsen. Menurut produsen, produknya bisa tahan 30 jam. Hanya itu saja informasinya. Meskipun begitu, saya tidak berani untuk mengambil resiko. Akhirnya saya putuskan saja untuk tidak dapat mengirimkan frozen food sampai ke Cilacap. Beliau yang ada di Cilacap pun maklum.
Kabar kedua tentang bisnis bebek. Seorang kawan di Cileungsi meminta contoh bebek untuk suplai ke Ritz Carlton. Berat mati 0,7 kg. saya kirimkan contohnya. Beliau pun sudah menerimanya. Saya tinggal tunggu kabar selanjutnya. Sudah seminggu tidak ada kabar. Saya coba menghubungi beliau. Ternyata bebek contoh tersebut baru dikirim ke Ritz Carlton setelah seminggu. Saya mengira  ketika sudah menerima bebek langsung diantar. Kawan saya berkelakar tenang karena bebeknya disimpan di freezer. Saya coba tenang seperti beliau. Dua minggu setelah contoh dikirim. Saya tanya kabar lagi. Ternyata beliau teruskan sms dari Ritz Carlton. Isinya contoh bebek di tolak alias reject. Saya tanya kenapa? Karena ini penting untuk bahan evaluasi kualitas produk yang saya jual. Kawan saya itu juga tidak mengerti kenapa. Beliau hanya mengirimkan sms dari Ritz Carlton yang isinya dibicarakan lagi minggu depan. Saya mahfum.
Kabar lainnya datang dari pembeli bebek yang berlokasi di Rawamangun. Beliau meminta ayam potong ukuran 0,75 – 0,8 kg sudah bersih bulu, tanpa kepala, tanpa ceker, tanpa jeroan. Kebutuhannya sebanyak 1 ton per minggu.
Ada lagi kabar dari seorang calon pembeli di Cipinang Jakarta Timur. Beliau menanyakan stok ayam broiler beku berat 0,7 kg sudah bersih bulu, tanpa kepala, tanpa ceker, tanpa jeroan. Kebutuhannya 300-600 ekor per minggu. Dibagi dalam beberapa kali antaran. Sekali antar bisa 100 – 120 ekor.
Kabar terbaru datang dari Warung Yu Tien yang berlokasi di Cilandak Jakarta Selatan. Setelah konfirmasi kepada Ibu Tati dari Warung Yu Tien diminta supaya saya memberikan contoh bebek ukuran 1kg. Kebutuhannya 60 ekor per minggu dengan pembayaran tempo satu minggu. Hal ini sempat membuat saya berpikir ulang untuk suplai bebek ke Warung Yu Tien. Selain harga yang dipatok begitu murah. Tapi di Warung Yu Tien ini terbuka pintu lagi untuk produk iga sapi dan ayam broiler. Meski itu tadi. Dihargai murah.
Minggu pagi saya jalan-jalan ke pasar tradisional dekat rumah. Saya mampir ke tempat tukang jual ayam. Saya tanya tentang spesifikasi ayam yang diminta ke saya. Tukang itu memberikan harga. Dari sana saya hitung secara garis besar. Ehm, masih masuk harganya. Meski tipis sekali untungnya. Saya catat nomor telepon tukang ayam itu. Belum terjadi kesepakatan apa-apa. Karena saya masih bingung jalur distribusi dari peternak ke pembeli.
Suatu saat seorang kawan memberi kabar. Coba menawarkan gula merah. Saya diminta untuk memasarkannya. Bentuknya cetakan bulat kecil. Di bungkus 1 ball. Setiap ball di isi 10 kg. harganya Rp. 115.000,- per ball. Sekali ambil minimal 10 ball. Saya hanya manggut setuju. Nanti saya coba bantu memasarkan gula merah tesebut.
Baiklah, sampai di sini dulu kabar dari saya. Jika butuh suplai bebek silakan hubungi saya di nomor hp 0818-022-88-178 (telp, sms, WhatsApp). Pin bb: 27DD2DD4. Twitter: agus_ndro.
Sekarang ini kapasitas bebek muda bisa 2000 ekor per minggu. Dan, yang terbaru adalah bebek tua / bebek afkir mulai tersedia bisa mencapai 1000 ekor per minggu.


Sabtu, 18 Januari 2014

SELAMAT TAHUN BARU 2014..JUAL BEBEK (LAGI)?



Selamat tahun baru 2014!
Awal tahun 2014 ini beberapa kejadian tentang bisnis bebek yang saya jalani. Ceritanya begini. Ada yang menawarkan bebek karkas dari daerah Puncak Bogor. Namanya Habibi alias Ramadhika (Ramadhina) Habibi alias Abu Widi. Minta tolong untuk dipasarkan bebek hasil ternaknya. Saya bilang bisa saja saya pasarkan tapi saya tidak bisa mengantar langsung ke pembeli.
Habibi mau langsung mengantarkan ke pembeli. Nanti saya diberi fee. Ok. Akhirnya saya ajukan penawaran ke pembeli di Fatmawati Jakarta dan berhasil. Disepakati hari Jumat 10 Januari 2014 bebek akan dikirim.
Tiba hari Jumat. Tidak ada kabar dari Habibi. Menjelang siang. Habibi menelpon saya. Dia mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan di jalan tol saat mengantar bebek. Box bebek jatuh dari mobil. Sialnya ada Polisi Jalan Raya (PJR) memergoki. Sang Supir ditahan. Habibi mau mengurus semua hal sampai selesai. Akibatnya bebek sudah tidak segar lagi dan tidak jadi dikirim. Saya mahfum. Saya pun mengabari pembeli di Fatmawati Jakarta tentang hal ini.
Tidak berhenti di sana. Habibi meminta saya supaya masih bisa mengantar bebek hari Minggu atau Senin setelah kasus kecelakaan ini selesai. Saya coba menawarkan kembali ke Pembeli di Fatmawati Jakarta. Dia masih menerima dengan nada kesal. Disepakati hari Senin bebek akan dikirim.
Tiba hari Senin. Tidak ada kabar dari Habibi sejak hari Minggu malam. Saya bbm / sms tidak berbalas. Saya telepon tidak dijawab. Terus begitu sampai Senin sore. Sekarang saya bingung harus bilang apa kepada Pembeli di Fatmawati Jakarta. Tapi tetap saya harus tanggungjawab. Saya mengucapkan maaf beribu maaf karena tidak bisa mengantar bebek. Pembeli bebek itu hanya menyesal. Sudah diduga sebelumnya. Bahwa saya pasti hanya omdo (omong doang).
Hilang sudah reputasi saya sebagai penjual bebek. Saya sudah minta maaf. Saya juga minta kesempatan lagi supaya bisa mengirim bebek kepadanya. Tapi Pembeli itu sudah tidak peduli. Katanya saya sudah berkali-kali (tepatnya dua kali) berjanji tapi tidak terbukti.
Yah, begitulah. Semua itu bermula dari Habibi dari Puncak Bogor (pertama kali dia mengaku dari Sukabumi Jawa Barat). Bermula dari internet. Saya dan Habibi berkenalan. Ini nomor telepon Habibi. 0857734664** / 088122166** / 081122966**. Maaf, untuk pin bb Habibi ada dua nomor sudah saya hapus.
Seminggu setelah kejadian dengan Habibi. Saya mendapat pesanan bebek dari Rawamangun Jakarta. Saya kembali ke supplier bebek di Surabaya untuk memasok bebe. Pembeli di Rawamangun ini tidak mau kalau bukan dari supplier Surabaya ini. Dia pernah saya kirim bebek dari supplier bebek yang di Sunter Jakarta. Tapi bebeknya tidak sesuai timbangan. Maka dari itu, pembeli dari Rawamangun ini sudah mengingatkan agar dikirim bebek dari Surabaya.
Disepakati hari Jumat dikirim dari Surabaya. Sampai Rawamangun hari Sabtu. Tiba waktunya pengiriman. Ada kabar kalau kurir yang mengantar bebek ke terminal di Surabaya mengalami kecelakaan. Bebek bawaannya berantakan. Saya terkejut. Dejavu. Ceritanya sama seperti minggu yang lalu. Lalu saya bilang solusinya bagaimana? Supplier di Surabaya masih mencarikan bebek untuk dikirim. Tapi jumlahnya tidak banyak. Paling 50 ekor. Saya mengelus dada. Kenapa ini terjadi kali kedua. Saya bilang ke pembeli di Rawamangun bahwa telah terjadi kecelakaan sehingga bebek tidak bisa dikirim sesuai pesanan. Sang pembeli kecewa. Tapi masih memaklumi. Dia masih mau menerima bebek seadanya.
Akhirnya bebek dikirim dari Surabaya hari Sabtu. Rencana sampai Rawamangun hari Minggu. Hanya 50 ekor. Kejadian ini membuat saya berpikiran untuk berhenti saja berjualan bebek. Sebagai broker calo yang menyambung distribusi dari supplier di daerah kepada user di Jakarta. Untungnya tidak banyak. Seribu – dua ribu rupiah saja. Pembeli tidak mau kalau disuruh ambil sendiri di terminal atau stasiun kereta. Pembeli hanya mau menerima bebek di tempatnya. Kemudian di sortir sesuai kehendaknya. Kalau bebek tidak sesuai maka dikembalikan dan tidak dibayar. Disini broker bakal rugi. Bebek tidak bisa dijual lagi. Dilempar ke pasar lokal juga belum tentu di terima. Pembeli paham kalau ambil barang di terminal / stasiun kereta banyak biaya pungutan tidak jelas. Mulai dari biaya parkir, kuli panggul, rettribusi, dll. Semua biaya itu ditanggung oleh broker calo. Tapi pembeli tidak mau membayar harga bebek dengan lebih tinggi. Ini juga yang membuat saya berpikir untuk berhenti menjual bebek sebagai broker calo.
Tapi di sini saya tidak sendiri. Ada teman saya yang bertugas sebagai kurir mengambil barang dari terminal/stasiun kereta ke pembeli. Dia mendapat fee dari saya. Bila saya berhenti maka teman saya pun tak mendapatkan fee lagi. Sekali lagi saya mengalami dilema.
Sampai sekarang saya masih terima pesanan. Kali ini saya harus lebih berhati-hati. Memilih supplier dan pembeli yang sama-sama menguntungkan. Lebih memikirkan cara distribusi yang lebih baik dan lancar. Terlebih sekarang musim hujan dan Jakarta masih terendam banjir.
Bagi yang mau pesan bebek karkas lokal dan peking silakan hubungi saya di nomor hp 081802288178. Pin bb: 27DD2DD4. Twitter: @agus_ndro.