Sabtu, 18 Januari 2014

SELAMAT TAHUN BARU 2014..JUAL BEBEK (LAGI)?



Selamat tahun baru 2014!
Awal tahun 2014 ini beberapa kejadian tentang bisnis bebek yang saya jalani. Ceritanya begini. Ada yang menawarkan bebek karkas dari daerah Puncak Bogor. Namanya Habibi alias Ramadhika (Ramadhina) Habibi alias Abu Widi. Minta tolong untuk dipasarkan bebek hasil ternaknya. Saya bilang bisa saja saya pasarkan tapi saya tidak bisa mengantar langsung ke pembeli.
Habibi mau langsung mengantarkan ke pembeli. Nanti saya diberi fee. Ok. Akhirnya saya ajukan penawaran ke pembeli di Fatmawati Jakarta dan berhasil. Disepakati hari Jumat 10 Januari 2014 bebek akan dikirim.
Tiba hari Jumat. Tidak ada kabar dari Habibi. Menjelang siang. Habibi menelpon saya. Dia mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan di jalan tol saat mengantar bebek. Box bebek jatuh dari mobil. Sialnya ada Polisi Jalan Raya (PJR) memergoki. Sang Supir ditahan. Habibi mau mengurus semua hal sampai selesai. Akibatnya bebek sudah tidak segar lagi dan tidak jadi dikirim. Saya mahfum. Saya pun mengabari pembeli di Fatmawati Jakarta tentang hal ini.
Tidak berhenti di sana. Habibi meminta saya supaya masih bisa mengantar bebek hari Minggu atau Senin setelah kasus kecelakaan ini selesai. Saya coba menawarkan kembali ke Pembeli di Fatmawati Jakarta. Dia masih menerima dengan nada kesal. Disepakati hari Senin bebek akan dikirim.
Tiba hari Senin. Tidak ada kabar dari Habibi sejak hari Minggu malam. Saya bbm / sms tidak berbalas. Saya telepon tidak dijawab. Terus begitu sampai Senin sore. Sekarang saya bingung harus bilang apa kepada Pembeli di Fatmawati Jakarta. Tapi tetap saya harus tanggungjawab. Saya mengucapkan maaf beribu maaf karena tidak bisa mengantar bebek. Pembeli bebek itu hanya menyesal. Sudah diduga sebelumnya. Bahwa saya pasti hanya omdo (omong doang).
Hilang sudah reputasi saya sebagai penjual bebek. Saya sudah minta maaf. Saya juga minta kesempatan lagi supaya bisa mengirim bebek kepadanya. Tapi Pembeli itu sudah tidak peduli. Katanya saya sudah berkali-kali (tepatnya dua kali) berjanji tapi tidak terbukti.
Yah, begitulah. Semua itu bermula dari Habibi dari Puncak Bogor (pertama kali dia mengaku dari Sukabumi Jawa Barat). Bermula dari internet. Saya dan Habibi berkenalan. Ini nomor telepon Habibi. 0857734664** / 088122166** / 081122966**. Maaf, untuk pin bb Habibi ada dua nomor sudah saya hapus.
Seminggu setelah kejadian dengan Habibi. Saya mendapat pesanan bebek dari Rawamangun Jakarta. Saya kembali ke supplier bebek di Surabaya untuk memasok bebe. Pembeli di Rawamangun ini tidak mau kalau bukan dari supplier Surabaya ini. Dia pernah saya kirim bebek dari supplier bebek yang di Sunter Jakarta. Tapi bebeknya tidak sesuai timbangan. Maka dari itu, pembeli dari Rawamangun ini sudah mengingatkan agar dikirim bebek dari Surabaya.
Disepakati hari Jumat dikirim dari Surabaya. Sampai Rawamangun hari Sabtu. Tiba waktunya pengiriman. Ada kabar kalau kurir yang mengantar bebek ke terminal di Surabaya mengalami kecelakaan. Bebek bawaannya berantakan. Saya terkejut. Dejavu. Ceritanya sama seperti minggu yang lalu. Lalu saya bilang solusinya bagaimana? Supplier di Surabaya masih mencarikan bebek untuk dikirim. Tapi jumlahnya tidak banyak. Paling 50 ekor. Saya mengelus dada. Kenapa ini terjadi kali kedua. Saya bilang ke pembeli di Rawamangun bahwa telah terjadi kecelakaan sehingga bebek tidak bisa dikirim sesuai pesanan. Sang pembeli kecewa. Tapi masih memaklumi. Dia masih mau menerima bebek seadanya.
Akhirnya bebek dikirim dari Surabaya hari Sabtu. Rencana sampai Rawamangun hari Minggu. Hanya 50 ekor. Kejadian ini membuat saya berpikiran untuk berhenti saja berjualan bebek. Sebagai broker calo yang menyambung distribusi dari supplier di daerah kepada user di Jakarta. Untungnya tidak banyak. Seribu – dua ribu rupiah saja. Pembeli tidak mau kalau disuruh ambil sendiri di terminal atau stasiun kereta. Pembeli hanya mau menerima bebek di tempatnya. Kemudian di sortir sesuai kehendaknya. Kalau bebek tidak sesuai maka dikembalikan dan tidak dibayar. Disini broker bakal rugi. Bebek tidak bisa dijual lagi. Dilempar ke pasar lokal juga belum tentu di terima. Pembeli paham kalau ambil barang di terminal / stasiun kereta banyak biaya pungutan tidak jelas. Mulai dari biaya parkir, kuli panggul, rettribusi, dll. Semua biaya itu ditanggung oleh broker calo. Tapi pembeli tidak mau membayar harga bebek dengan lebih tinggi. Ini juga yang membuat saya berpikir untuk berhenti menjual bebek sebagai broker calo.
Tapi di sini saya tidak sendiri. Ada teman saya yang bertugas sebagai kurir mengambil barang dari terminal/stasiun kereta ke pembeli. Dia mendapat fee dari saya. Bila saya berhenti maka teman saya pun tak mendapatkan fee lagi. Sekali lagi saya mengalami dilema.
Sampai sekarang saya masih terima pesanan. Kali ini saya harus lebih berhati-hati. Memilih supplier dan pembeli yang sama-sama menguntungkan. Lebih memikirkan cara distribusi yang lebih baik dan lancar. Terlebih sekarang musim hujan dan Jakarta masih terendam banjir.
Bagi yang mau pesan bebek karkas lokal dan peking silakan hubungi saya di nomor hp 081802288178. Pin bb: 27DD2DD4. Twitter: @agus_ndro.