Selamat tahun baru 2014!
Awal tahun 2014 ini beberapa kejadian tentang bisnis bebek
yang saya jalani. Ceritanya begini. Ada yang menawarkan bebek karkas dari
daerah Puncak Bogor. Namanya Habibi alias Ramadhika (Ramadhina) Habibi alias
Abu Widi. Minta tolong untuk dipasarkan bebek hasil ternaknya. Saya bilang bisa
saja saya pasarkan tapi saya tidak bisa mengantar langsung ke pembeli.
Habibi mau langsung mengantarkan ke pembeli. Nanti saya
diberi fee. Ok. Akhirnya saya ajukan penawaran ke pembeli di Fatmawati Jakarta
dan berhasil. Disepakati hari Jumat 10 Januari 2014 bebek akan dikirim.
Tiba hari Jumat. Tidak ada kabar dari Habibi. Menjelang siang.
Habibi menelpon saya. Dia mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan di jalan
tol saat mengantar bebek. Box bebek jatuh dari mobil. Sialnya ada Polisi Jalan
Raya (PJR) memergoki. Sang Supir ditahan. Habibi mau mengurus semua hal sampai
selesai. Akibatnya bebek sudah tidak segar lagi dan tidak jadi dikirim. Saya mahfum.
Saya pun mengabari pembeli di Fatmawati Jakarta tentang hal ini.
Tidak berhenti di sana. Habibi meminta saya supaya masih
bisa mengantar bebek hari Minggu atau Senin setelah kasus kecelakaan ini
selesai. Saya coba menawarkan kembali ke Pembeli di Fatmawati Jakarta. Dia masih
menerima dengan nada kesal. Disepakati hari Senin bebek akan dikirim.
Tiba hari Senin. Tidak ada kabar dari Habibi sejak hari
Minggu malam. Saya bbm / sms tidak berbalas. Saya telepon tidak dijawab. Terus begitu
sampai Senin sore. Sekarang saya bingung harus bilang apa kepada Pembeli di
Fatmawati Jakarta. Tapi tetap saya harus tanggungjawab. Saya mengucapkan maaf
beribu maaf karena tidak bisa mengantar bebek. Pembeli bebek itu hanya
menyesal. Sudah diduga sebelumnya. Bahwa saya pasti hanya omdo (omong doang).
Hilang sudah reputasi saya sebagai penjual bebek. Saya sudah
minta maaf. Saya juga minta kesempatan lagi supaya bisa mengirim bebek
kepadanya. Tapi Pembeli itu sudah tidak peduli. Katanya saya sudah berkali-kali
(tepatnya dua kali) berjanji tapi tidak terbukti.
Yah, begitulah. Semua itu bermula dari Habibi dari Puncak
Bogor (pertama kali dia mengaku dari Sukabumi Jawa Barat). Bermula dari internet.
Saya dan Habibi berkenalan. Ini nomor telepon Habibi. 0857734664** /
088122166** / 081122966**. Maaf, untuk pin bb Habibi ada dua nomor sudah saya
hapus.
Seminggu setelah kejadian dengan Habibi. Saya mendapat
pesanan bebek dari Rawamangun Jakarta. Saya kembali ke supplier bebek di
Surabaya untuk memasok bebe. Pembeli di Rawamangun ini tidak mau kalau bukan
dari supplier Surabaya ini. Dia pernah saya kirim bebek dari supplier bebek
yang di Sunter Jakarta. Tapi bebeknya tidak sesuai timbangan. Maka dari itu,
pembeli dari Rawamangun ini sudah mengingatkan agar dikirim bebek dari
Surabaya.
Disepakati hari Jumat dikirim dari Surabaya. Sampai
Rawamangun hari Sabtu. Tiba waktunya pengiriman. Ada kabar kalau kurir yang
mengantar bebek ke terminal di Surabaya mengalami kecelakaan. Bebek bawaannya berantakan.
Saya terkejut. Dejavu. Ceritanya sama seperti minggu yang lalu. Lalu saya
bilang solusinya bagaimana? Supplier di Surabaya masih mencarikan bebek untuk
dikirim. Tapi jumlahnya tidak banyak. Paling 50 ekor. Saya mengelus dada. Kenapa
ini terjadi kali kedua. Saya bilang ke pembeli di Rawamangun bahwa telah
terjadi kecelakaan sehingga bebek tidak bisa dikirim sesuai pesanan. Sang pembeli
kecewa. Tapi masih memaklumi. Dia masih mau menerima bebek seadanya.
Akhirnya bebek dikirim dari Surabaya hari Sabtu. Rencana sampai
Rawamangun hari Minggu. Hanya 50 ekor. Kejadian ini membuat saya berpikiran
untuk berhenti saja berjualan bebek. Sebagai broker calo yang menyambung
distribusi dari supplier di daerah kepada user di Jakarta. Untungnya tidak
banyak. Seribu – dua ribu rupiah saja. Pembeli tidak mau kalau disuruh ambil
sendiri di terminal atau stasiun kereta. Pembeli hanya mau menerima bebek di tempatnya.
Kemudian di sortir sesuai kehendaknya. Kalau bebek tidak sesuai maka
dikembalikan dan tidak dibayar. Disini broker bakal rugi. Bebek tidak bisa
dijual lagi. Dilempar ke pasar lokal juga belum tentu di terima. Pembeli paham
kalau ambil barang di terminal / stasiun kereta banyak biaya pungutan tidak
jelas. Mulai dari biaya parkir, kuli panggul, rettribusi, dll. Semua biaya itu
ditanggung oleh broker calo. Tapi pembeli tidak mau membayar harga bebek dengan
lebih tinggi. Ini juga yang membuat saya berpikir untuk berhenti menjual bebek
sebagai broker calo.
Tapi di sini saya tidak sendiri. Ada teman saya yang
bertugas sebagai kurir mengambil barang dari terminal/stasiun kereta ke
pembeli. Dia mendapat fee dari saya. Bila saya berhenti maka teman saya pun tak
mendapatkan fee lagi. Sekali lagi saya mengalami dilema.
Sampai sekarang saya masih terima pesanan. Kali ini saya
harus lebih berhati-hati. Memilih supplier dan pembeli yang sama-sama
menguntungkan. Lebih memikirkan cara distribusi yang lebih baik dan lancar. Terlebih
sekarang musim hujan dan Jakarta masih terendam banjir.
Bagi yang mau pesan bebek karkas lokal dan peking silakan
hubungi saya di nomor hp 081802288178. Pin bb: 27DD2DD4. Twitter: @agus_ndro.